Kamis, 29 Maret 2012

Isu Kenaikan BBM Apa Pengalihan Isu Belaka??


Kenaikan harga Bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi benar-benar menjadi isu yang sangat panas akhir-akhir ini. Hampir semua kalangan masyarakat membicarakan tentang isu yang cukup sensitif ini. Mulai dari supir angkot, mahasiswa, ibu rumah tangga, pedagang hingga elit-elit politik semua membicarakan isu kenaikan BBM bersubsidi,BBM = Bener-Bener Mabok.  Seluruh media massa dari media cetak hingga media elektronik ataupun media online selalu memberitakan tentang isu tersebut, dari perdebatan apakah harga BBM bersubsidi harus dinaikan atau tidak sampai demonstrasi-demonstrasi diseluruh pelosok negeri menyerukan tentang anti-kenaikan harga BBM bersubsidi karena akan berdampak pada harga-harga lainnya terutama kebutuhan pokok.

Ya memang BBM adalah komoditas yang sangat berpengaruh terhadap harga-harga lainnya terutama kebutuhan pokok, mungkin diakibatkan karena semakin tinggi harga BBM maka biaya transportasi akan membengkak yang mengharuskan para produsen dan pedagang menaikkan harga agar tetap mendapatkan untung. Belum lagi dengan kenaikan biaya angkutan umum. Kenaikan BBM memiliki efek domino yang sangat besar. Tidak dapat dipungkiri namun disayangkan perjuangan-perjuangan untuk menentang kenaikan BBM ini selalu berujung dengan kerusuhan dan bentrok dengan petugas keamanan Polisi dan menjatuhkan banyak korban.

Media massa memiliki peranan penting dalam mengangkat isu kenaikan BBM tersebut. Ekploitasi yang sangat luar biasa terhadap isu ini tentu sangat berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat Indonesia dewasa ini. Media massa dan pekerja warta berita selalu mengangkat isu tersebut karena sudah menjadi tugas mereka untuk menyajikan berita teraktual dan berdasarkan fakta, namun menurut penulis ada yang terlupakan. Apakah itu?

Pemberitaan isu kenaikan BBM menurut pendapat penulis terlampau berlebihan. Mengapa penulis berpendapat seperti itu? ya para pekerja warta berita tentu bertujuan mulia untuk memberitakan berita-berita yang terpercaya kepada masyarakat akan tetapi dengan pemberitaan isu kenaikan BBM yang berlebihan melupakan permasalahan lain yang cukup besar. Bersangkutan dengan moral bangsa yang sedang bobrok ini yaitu pemberitaan KORUPSI

Mungkin para pembaca masih ingat bagaimana beberapa bulan lalu atau tepatnya diakhir tahun dimana mulai ekploitasi pemberitaan tentang korupsi dimulai dari wisma atlet, BLBI dan travel check pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia yang merugikan negara puluhan hingga ratusan miliyar rupiah. Ya para terdakwa satu persatu mulai ditangkap dan disidangkan. Ditambah lagi jangan lupa bagaimana kisah Gayus sang penyeleweng pajak yang dapat melenggang pergi kemana-mana atau ditangkapnya "Gayus" lain yaitu terdakswa DW.

Menurut pendapat penulis kasus Korupsi jauh lebih penting mengapa? karena tidak dapat dipungkiri lebih dari 50 % APBN kita berasal dari pajak dan transparansi tentang APBN kita kurang baik. APBN yang seharusnya digunakan sebagai alat untuk menyejahterakan rakyat malah diselewengkan. Bahkan belum masuk kas negara pun sudah diselewengkan oleh para petugas pajak. Bukan mau menyudutkan salah satu media massa tapi pembaca pun pasti sudah mengetahui bahwa ada beberapa stasiun televisi dan media online (penulis tidak mau menyebutkan takut disangka menyebarkan fitnah dan dituntut karena pencemaran nama baik dengan UU IT) adalah milik salah satu penunggak pajak terbesar dan pimpinan partai politik besar di Indonesia.

Jangan sampai pemberitaan perjuangan untuk menolak kenaikan BBM bersubsidi tersebut dijadikan tameng atau pengalihan isu tentang isu-isu yang lebih penting dan kronis yaitu KORUPSI dan PENYELEWENGAN PAJAK. Jika BBM tidak dinaikan menurut Pemerintah APBN kita akan jebol dan perekonomian bangsa tidak akan maju tetapi bukankah jika korupsi tidak diberantas dan transparansi pendapatan pajak untuk APBN kita tidak dilakukan APBN kita lebih akan jebol? semoga menjadi perhatian bagi para aktifis khususnya yang anti-Korupsi dan para pejabat, elit-elit politik serta Petugas yang ditugaskan untuk memberantas hal tersebut

NEGARA LEBIH SEJAHTARA TANPA ADA PARA "TIKUS-TIKUS BERDASI"

HIDUP MAHASISWA

(Penulis adalah seorang mahasiswa di PTN dan semua dalam tulisan ini adalah pendapat pribadi penulis tanpa ada intervensi dari pihak manapun)

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
saya seorang mahasiswa tingkat 4 (pada 2011) di universitas negeri ternama dikota Bandung (tepatnya di kota Sumedang)ambil bidang studi teknik pertanian (ceritanya mau jadi petani berdasi amin!!) saya anak ke3 dari 3 bersaudara. karena jarak dari rumah ke kampus jauh saya khawatir tua dijalan..huhu